NCL Madiun, Agustus 2020 – Hotel secara umum disebut sebagai penginapan. Jika kita berbicara soal penginapan, tentu saja tujuan utama seseorang datang ke hotel adalah untuk menginap. Pendapat seperti itu tidak salah, namun juga kurang tepat, karena ada beberapa jenis penginapan yang dikategorikan berbeda, tergantung dengan fasilitas dan layanan yang disediakan. Berdasarkan perbedaaan itu, setidaknya penginapan dapat dibagi menjadi 3 kategori besar. Ada penginapan biasa (kelas melati), penginapan standar (kelas budget) dan juga penginapan mewah (kelas berbintang). Kalau yang kita bicarakan adalah kelas biasa atau kelas melati, tentu pendapat soal tujuan datang ke hotel untuk menginap benar adanya, karena memang fasilitas yang disediakan hanyalah untuk kebutuhan istirahat saja, tapi jika kita bicara soal hotel berbintang, ternyata ada banyak tujuan orang menggunakan tempat ini sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya adalah sebagai tempat makan. Melalui fasilitas restoran yang ada di sebuah hotel berbintang, orang atau tamu yang datang ke hotel, bisa menikmati sajian kuliner lokal dan internasional tanpa harus menginap. Bagi Anda yang merasa harga menu makanan atau minuman yang ada di hotel di banderol lebih mahal diatas harga pasaran, beberapa alasan dibawah ini bisa menjelaskan alasan dan penjelasannya kepada kita. Semoga bermanfaat.
DIMASAK OLEH KOKI PROFESIONAL
Alasan pertama yang membuat harga makanan di hotel berbintang terasa lebih mahal, karena makanan tersebut diolah dan dimasak oleh koki atau chef yang profesional. Perlu pendidikan khusus dan sertfikat kompetensi tertentu jika seseorang ingin disebut sebagai koki atau chef yang profesional. Semua orang mungkin saja bisa mengolah bahan makanan menjadi masakan yang siap dikonsumsi, tapi di dalam standar fasilitas dan layanan hotel berbintang, posisi kerja atau profesi karir sebagai pengolah bahan makanan menjadi menu masakan haruslah dipegang oleh orang yang punya latar belakang pendidikan khusus di bidang kuliner.
MENGGUNAKAN PERALATAN MASAK YANG STERIL & TERSANITASI (HIGIENIS)
Mengacu pada alasan pertama diatas, seorang koki atau chef tentu memiliki wawasan lebih seputar dunia kuliner. Mereka cenderung idealis. Sempurna atau tidak sama sekali. Karena alasan itulah para koki atau chef tidak sembarangan menggunakan peralatan untuk memasak dan mengolah makanan, terutama dalam hal sterilisasi dan sanitasinya. Bahkan, hal ini menjadi prioritas dalam standar manajemen hotel berbintang, dimana segala sesuatu yang diberikan kepada tamu haruslah bersih, aman, dan higienis. Sebagai contoh misalnya dalam menggunakan pisau sebagai alat potong, seorang koki atau chef profesional pastilah tidak menggunakan 1 jenis pisau untuk segala keperluan, mereka tidak ingin sayuran atau buah yang mereka potong terkontaminasi oleh bau amis daging atau ikan.
BACA JUGA : 5 REFERENSI FILM TENTANG DUNIA KERJA & PERHOTELAN
MENGGUNAKAN BAHAN TERBAIK
Bahan dasar dan bumbu masak yang digunakan dalam mengolah bahan makanan menjadi masakan untuk disajikan dalam daftar menu yang ada di restoran dalam hotel berbintang menggunakan bahan-bahan premium yang memerlukan modal tidak sedikit untuk mendapatkannya. Sebagai contoh dalam menyajikan menu Hamburger, bagi orang awam yang belum paham betul tentang hamburger, mungkin masih menganggap hamburger sama dengan burger lain yang banyak beredar, misalnya Chicken Burger, Beef Burger atau Cheese Burger. Padahal, sejatinya Hamburger tidak selalu menggunakan daging ayam, daging sapi atau olahan keju sebagai lapisan isinya, ada juga yang memberikan daging ham (daging babi yang diambil dari bagian kaki belakang, id.wikipedia). Dan untuk mendatang ham yang berkualitas premium, kebanyakan di datangkan impor dari luar negeri.
DISAJIKAN DENGAN SERVIS TERBAIK
Menikmati sajian menu makanan dan minuman di hotel berbintang ada aturannya. Ada tata caranya. Orang perhotelan biasanya menyebut dengan istilah Table Manner. Bahkan menu dalam hotel pun dibagi menjadi 2, ada yang menunya menggunakan konsep Buffet (prasmanan, red) ada juga yang Ala Cart (memesan, red). Orang-orang yang bekerja sebagai waiter/waitress (pramusaji, red) punya tata cara pelayanan berstandar internasional mulai dari cara menyambut tamu, mengantarkan ke meja makan, menawarkan dan merekomendasikan menu makan, menyajikan makanan sampai tamu selesai dengan acara santap hidangan. Semuanya diatur dalam standar pelayanan tersebut, selain untuk menghindari resiko complain (keluhan, red) dari tamu, standar pelayanan tersebut juga digunakan sebagai tambahan nilai jual.
BACA JUGA : BELAJAR ILMU MANAJEMEN VERSI ORANG PERHOTELAN
REPUTASI
Dan alasan terakhir mengapa harga makanan di hotel berbintang di banderol lebih mahal dari harga pasaran adalah soal reputasi. Apakah Anda pernah mendengar istilah Michelin Star? Dikutip dari sebuah halaman web nibble.id dalam artikelnya yang berjudul “Mengenal Michelin Star Lebih Jauh: Penghargaan di Bidang Kuliner Kelas Dunia” menyebut kalau “Michelin Star ini ibaratnya Piala Oscar di dunia kuliner dan jadi golden ticket buat restoran dan chef untuk dikenal dunia”, masih dalam artikel yang sama menambahkan, “Michelin Star dimulai dari satu bintang dan yang tertinggi adalah tiga bintang. Mendapatkan penghargaan ini sangat sulit. Inspektor akan menilai kualitas makanan, teknik memasaknya, konsep restoran, dan pelayanan restoran saat membuat review. Mereka tidak melihat interior restoran atau table setting. Jadi restoran yang mendapatkan bintang satu Michelin tidak berarti restoran tersebut buruk. Faktanya, dari 10.000 restoran, hanya ada 1 restoran yang berkesempatan mendapatkan bintang satu Michelin ini”. Bisa dibayangkan bukan, betapa sulitnya meraih predikat 1 bintang dari Michelin Star ini. Reputasi, setidaknya bisa melengkapi alasan terakhir, mengapa harga manakan di hotel berbintang atau restoran terkemuka, dibanderol lebih mahal dari harga pasaran biasanya. – Selesai
Author : @pakdheho (dari berbagai sumber)
Komentar Terbaru