NCL Madiun, Juli 2020 – Manusia adalah makhluk sosial, itu fakta yang tak terbantahkan. Keberadaanya di tengah kehidupan, menjadi titik sentral yang menjadi acuan dari segala bentuk kehidupan, baik dalam lingkup dengan sesama manusia, atau pun alam se-isinya dalam cakupan yang lebih luas. Penting dan perlu media penghubung agar manusia bisa menjalankan tugasnya sebagai makhluk yang diamanatkan untuk mengelola kehidupan di bumi ini.
Komunikasi, menjadi jalur utama untuk menghubungkan antara manusia dengan keadaan di sekitarnya, bahkan untuk si manusia itu sendiri. Namun ironisnya, masih banyak sebagian dari kita manusia, yang melihat paham komunikasi ini dari sudut yang lebih sempit. Komunikasi masih sering diartikan sebagai bentuk ekspresif keluar, bukan ke dalam. Padahal jika digunakan lebih banyak ke dalam sebagai bentukan ekspresif kepada masing-masing dari kita, komunikasi bisa menjadi penentu 90% keberhasilan dari apa yang akan kita capai dalam hidup. Agar kita sama-sama bisa belajar soal itu, mari kita simak beberapa penjelasannya
SIAPA KAMU?
Ini adalah pertanyaan sebagai contoh bentuk komunikasi ke dalam diri kita, mengenal diri sendiri tentu menjadi hal mutlak yang harus kita pahami dulu sebelum kita keluar, bergaul dan berinteraksi dengan banyak orang diluar sana. Jika kita tidak bisa mengenal siapa kita, apa yang kita sukai, apa yang tidak kita sukai, apa prinsip hidup kita, kebijakan seperti apa yang kita terapkan untuk mengatur diri kita, mana batasan yang bisa kita terima, yang harus kita pertimbangkan, atau justru harus kita buang jauh-jauh, cara berpikir kita, cara bicara kita, cara kita bersikap, bahkan respon kita terhadap sesuatu yang terjadi di sekitar kita, bagaimana mungkin kita bisa hidup di tengah kemajemukan?
Ini masih berbicara dalam konteks hubungan antar sesama manusia, bagaimana jika naik ke level yang lebih luas, alam dan se-isinya? Pernahkah hal ini menjadi inspirasi dan bahan pemikiran dalam benak kita? Maka beruntunglah bagi siapa saja yang bisa mengenal dirinya, tau siapa dirinya dan bisa mengatur caranya bersikap serta membawa diri dalam perilaku. Apakah Anda salah satunya?
“MEREKA” JUGA BUTUH NUTRISI YANG SEHAT!
Siapa mereka? Otak! Otak merupakan pusat data dalam jumlah kapasitas yang tak terbatas dalam diri setiap manusia. Kapasitas otak dalam menyimpan data belum dan rasanya tidak akan bisa ditandingi oleh media penyimpanan data apapun. Jika bicara soal data, data yang kita bicarakan disini bukanlah dokumen, musik, video atau aplikasi, melainkan pengalaman hidup. Dimana semua yang kita lihat, dengar dan rasakan terekam dalam memori otak kita, menjadi sebuah rangkuman, data analisis yang jika diperlukan bisa kita akses sebagai ilmu pengetahuan.
Ilustrasinya begini, anggap saja kita sedang berada di kelas dan sedang diajarkan bagaimana cara mengkonversi satuan berat, guru kita menjelaskan jika 1 KG = 1000 Gram. Melalui latihan-latihan soal akhirnya kita juga bisa tau, jika 1/2 KG itu = 500 Gram, dan seterusnya. Lalu, sepulangnya kita dirumah, ternyata kita disuruh untuk belanja kebutuhan pokok, gula salah satunya. Karena kebutuhan khusus, kita membeli gula dalam jumlah yang banyak, yaitu 2,5 KG. Disadari atau tidak, otak kita akan memproses alur keilmuan, dimana pelajaran dari sekolah soal konversi satuan berat, dikombinasikan dengan ilmu perkalian bilangan, akan memunculkan sebuah hasil. Bisa jadi kita dalam hati berpikir, 1 KG harganya Rp, 10.000, jika saya membelinya sebanyak 2,5 KG, maka uang yang saya harus bayar adalah Rp. 25.000.
Bagaimana jika hal lain, misalnya soal kejadian dimana kita kehilangan sesuatu yang menyebabkan trauma. Kehilangan barang mungkin? Kehilangan kesempatan mungkin? Terlambat bangun pagi sehingga kehilangan kesempatan wawancara kerja mungkin? Dan masih banyak lagi. Itu adalah cara alam mengajarkan dan membentuk kita. Lalu apa yang dimaksud dengan “Mereka Juga Butuh Nutrisi Yang Sehat?” Seperti perut dan sistem pencernaan, mereka butuh nutrisi yang bermanfaat untuk tubuh, otak pun demikian, perlu nutrisi yang sehat untuk bisa mengolah data. Jika tubuh memerlukan zat, vitamin dan cairan, maka yang diperlukan otak adalah, bacaan, tontonan, dan pengalaman. Coba kita ambil riset kecil-kecilan, dimana terdapat 2 orang yang 1 suka melihat tayangan motivasi, sementara yang 1 lagi lebih suka melihat tayangan pornografi. Maka orang yang suka melihat tayangan motivasi cenderung akan membawa semangat dalam hidup, sementara orang yang suka menonton tayangan pornografi, cenderung akan melakukan kejahatan. Tidak percaya? silahkan perhatikan tayangan berita di televisi atau media video online di internet.
KITA AKAN KEHILANGAN POTENSI 90% PENDUKUNG KEBERHASILAN, JIKA KITA….
Tidak membangunkan raksasa besar dalam diri kita. Raksasa besar itu bukanlah monster atau hewan buas yang menakutkan, melainkan raksasa baik yang siap membantu kita untuk bisa lebih memudahkan dan mempercepat laju kita menuju pintu gerbang keberhasilan. Sebut saja si Tono, dia punya kemauan untuk bisa bekerja di kapal pesiar, dia berkata dalam dirinya, saya harus bisa bekerja bekerja di kapal pesiar atau bagaimana caranya supaya saya bisa bekerja di kapal pesiar atau apa yang harus saya lakukan supaya saya lebih dekat menuju impian dan cita-cita saya. Para ahli peneliti dalam hal ini menyebutnya dengan Afirmasi.
Secara umum, afirmasi adalah bentuk perintah ke si “raksasa” atau otak untuk mewujudkan keinginan kita. Otak akan berproses secara ajaibnya untuk memberikan alternatif-alternatif cara yang bisa kita lakukan, bahkan jika kita beruntung, otak akan menyusun daftar kegiatan untuk kita lakukan secara otomatis, semua itu tergantung dari nutrisi atau bahan makanan yang kita berikan ke otak. Lalu mungkin ada diantara kita yang kritis kemudian bertanya, lalu jika otak menyumbang 90% pendukung keberhasilan, maka yang 10% punya siapa? 10% itu adalah sikap kita. Punya pemikiran yang bagus, ide yang cemerlang, rencana yang menakjubkan, jika tidak dilakukan dalam sebuah tindakan atau aksi nyata, maka itulah yang banyak dikatakan “hidupmu cuma mimpi!” Bukan tanpa alasan, karena memang otak hanya merefleksikan sebuah bayangan (mimpi atau impian) akan menjadi kenyataan jika kita mau melakukan hal-hal yang sudah di refleksikan tersebut. Oleh karena hal itu juga, ada yang mengatakan “dreams come true!”. Lalu bagaimana jika tidak menjadi kenyataan, atau menjadi kenyataan yang tidak sesuai harapan. Perlu di ingat kawan, hidup adalah sebuah perjalanan, bukan semata-mata perlombaan, jika kita memposisikan diri untuk berlomba-lomba dalam hidup, maka kita tidak akan menjumpai hutan, pantai, laut, gunung, sawah, kumpulan orang dan eksotisme lain di sepanjang perjalanan kita, melainkan hanya pacuan garis lurus dengan banyaknya penonton dengan riuh suaranya. The Choice is Yours…
2 Comments
Leave your reply.