NCL MADIUN, July 2019 – Terlahir dari latar belakang keluarga yang sangat sederhana, tidak memupuskan semangat seorang anak muda bernama Khoiri Aziz. Pria asal Sragen, Jawa Tengah ini merupakan alumni NCL Madiun yang saat ini bekerja untuk Kapal Pesiar Carnival Splendor di departemen Housekeeping. Perjalanan meraih sukses untuk bisa mandiri sambil membantu perekonomian keluarga, menjadi impiannya sejak lulus dari SMKN 1 Kota Madiun beberapa tahun silam. “Saya selalu terharu sampai berurai air mata kalau mengingat perjuangan saya di NCL Madiun” tuturnya ketika beberapa kali bertukar sapa dan cerita dengan tim redaksi NCL Madiun. Seperti apa kisah inspiratifnya, berikut penuturan yang telah dirangkum untuk pembaca sekalian.
BACA JUGA : HINDARI! INILAH 5 PENGHALANG BUAT PENCARI KERJA..!!
Mengawali diskusi, laki-laki yang kebih akrab disapa dengan panggilan “mas Aziz” ini mulai bercerita. “Tidak seperti kebanyakan mahasiswa lain saat itu, saya berasal dari sekolah teknik, bukan perhotelan atau pariwisata, saya lebih banyak belajar tentang mesin dan “sparepart”, ketimbang “service” dan “hospitality”. Tidak ada keinginan sebelumnya dalam diri saya untuk bisa seperti ini (bekerja di kapal pesiar, red), saat itu tidak menganggur saja, sudah sangat bersyukur, sekalipun hanya bekerja di bengkel biasa, atau ibarat kata orang saat itu jadi tukang tambal ban-lah, tidak apa-apa, saya tidak punya harapan lebih” ceritanya ketika ditanya soal perasaan bekerja di kapal pesiar.
BACA JUGA : SUDAH TAU PEMBARUAN PROFIL NCL MADIUN TAHUN 2019?
Obrolan berlanjut, redaksi kembali bertanya, kali ini soal pertemuan pertamanya dengan NCL Madiun. “Gaji puluhan juta dan bisa jalan-jalan keliling dunia. Itulah yang mengusik pikiran saya. Hampir setiap hari saya membaca tulisan promosinya NCL ini di sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah (SMK, red). Tapi saya tidak berani untuk menyampaikan hal ini ke orang tua atau keluarga. Saya sadar, saya ini punya keadaan yang berbeda, tidak sama seperti kebanyakan orang sebaya saya saat itu. Bisa berangkat sekolah aja sudah “bungah” (bahagia sekali, red), jarang bahkan hampir tidak pernah saya ini dapat uang jajan”
BACA JUGA : 8 HAL SEPELE INI BISA BIKIN KARIR & PEKERJAAN KITA BERANTAKAN..!!
“Kalau ditanya siapa orang yang paling berjasa dalam perjuangan saya, sampai saat ini. Orang tua dan keluarga itu nomor 1. Doa-doa mereka yang selalu membuat saya tidak merasa putus asa, terutama Ibu. Beliau itu sering mengatakan bahwa wes to le, awak e dewe ki ancene ra nduwe opo-opo, ning awak e dewe nduwe gusti Allah, sing kuat yo le, sing sabar, ojo ninggalke shalat, shalat, shalat (sudahlah nak, kita ini memang tidak punya apa-apa, tapi kita punya Allah, yang kuat ya nak, yang sabar, jangan meninggalkan shalat, shalat, shalat, red). Yang kedua adalah Pak Dar, beliau itu bukan hanya pendirinya NCL, tapi buat saya, beliau sudah menjadi seperti sosok seorang Bapak buat saya. Didikan, arahan, nasehat, bimbingan, semuanya pokoknya. Beliau itu tidak pernah menganggap kita ini sebagai siswa, tapi anak-anaknya. Kalau manggil saya itu “le” (thole, panggilan untuk anak laki-laki dalam bahasa jawa, red). Saya sangat merasakan peran beliau terutama diluar kampus, banyak kalau saya ceritakan” tuturnya ketika ditanya oleh tim redaksi tentang figur inspiratif yang paling berjasa buat mas Khoiri Aziz.
BACA JUGA : KERJA DI PERHOTELAN ITU NGAPAIN SIH? KLIK SINI SEKARANG..!!
Tak ketinggalan, alumni NCL Madiun kelahiran tahun 1992 ini juga menceritakan soal perjalanan perjuangannya bersama NCL Madiun “Oh ya, saya memang menyambi jadi tukang pijat panggilan ketika saya Internship (training atau magang, red) di Bali. Maklum, kembali lagi soal ekonomi ya. Namanya anak training itu kan belum dapat gaji, uang tips juga kalau ada yang ngasih, selebihnya kan kita harus bawa sangu (uang saku dalam bahasa jawa, red). Kita di Bali perlu bayar uang kos, perlu buat kebutuhan sehari-hari, sedangkan mau minta kiriman dari orang tua, rasanya tidak sampai hati. Saya putar otak, mencari akal, akhirnya saya ketemu ide menjadi tukang pijat panggilan disana.
BACA JUGA : LULUSAN PONDOK PESANTREN YANG BERSINAR LEWAT PERHOTELAN..!!
Menanggapi lebih jauh, redaksi mengejar jawaban dari pertanyaan sebelumnya. “Kan di Bali itu banyak turis, mereka suka dengan massage (pijat dalam bahasa Indonesia, red), jadi ya kenapa tidak? Setelah atau diluar jam training saya melayani jasa pijat, awalnya saya nawarin ke teman-teman dulu, gratis deh buat promosi, mereka bilang sih saya pintar pijat, darisitu akhirnya saya punya sebutan baru, “Aziz si tukang pijat” terus nyebar deh ke orang-orang di lingkungan hotel, sampai keluar area hotel. Lucunya begini, saya kan susah ya belajar bahasa inggris itu, boleh dibilang hampir tidak bisa bahasa inggris-lah, nah, sebelum saya mulai nawarin jasa pijat, saya buka kamus dulu cari arti kata pijat dalam bahasa inggris, kan ini di Bali, bukan di Jawa pikir saya. Eh kok akhirnya tiba-tiba bisa ngomong bahasa inggris, padahal jarang belajar, tapi lebih sering praktek sih. Maksud saya jarang buka buku kayak orang belajar gitu-lah, tapi lebih sering dialog sama turis-turis gitu, meskipun belepotan (berantakan dalam bahasa indonesia, red) yang penting PD aja (percaya diri, red), malah justru itu yang mencairkan suasana, saya jadi bahan lelucon, jadi kita semua fun (senang dalam bahasa indonesia, red), bisa ketawa bareng sama turis-turis itu, mereka bilang service (pelayanan, red) saya memuaskan”
BACA JUGA : JADI INI ALASAN KENAPA BANYAK ORANG INGIN KERJA KAPAL PESIAR
Cerita berlanjut, “Setelah Internship (training, red) Alhamdulillah, kemudian saya disalurkan kerja ke Arab Saudi, bekalnya ya cuma itu, bisa ngomong bahasa inggris dan sudah lulus dari NCL. Disana saya bekerja selama hampir 2 tahun, 1 setengah tahun deh tepatnya. Bekerja sambil ibadah. Menguatkan doa-doa saya selama ini, menguatkan impian dan cita-cita saya di depan Baitullah (Ka’bah, kiblat umat islam, red). Saya manfaatkan semuanya, tidak ada yang saya tinggalkan, disana saya melaksanakan ibadah haji, umrah bisa sewaktu-waktu kalau pas dapat libur, melaksanakan sholat di masjidil haram, di masjid nabawi dan juga bisa ziarah ke makam nabi Muhammad serta para sahabatnya” ungkap mas Aziz.
BACA JUGA : BUKAN SARJANA, LULUSAN NCL MADIUN INI GAJINYA?
“Kemudian selesai kontrak kerja di Arab Saudi, saya pulang ke Indonesia untuk upgrade (melakukan peningkatan, red) ke kapal pesiar. Saya berkonsultasi dengan pihak kampus, dengan Pak Dar, dengan dosen dan staff disana. Saya diberikan arahan dan panduan, step by step (setahap demi setahap, red)”
“Semua prosesnya saya ikuti sambil saya juga bekerja di salah satu hotel berbintang di Madiun. Sampai akhirnya… “(mas Aziz berhenti bicara sambil mengusap air mata dan menunjukan surat panggilan kerja dari kapal pesiar Carnival Amerika)
Leave a Reply
Your email is safe with us.